Cerpen Nasib Tidak Ditentukan Oleh Putus Sekolah

anak sekolah
Nasib Tidak Ditentukan Oleh Putus Sekolah - “Kalau saya ya hanya tinggal jalani saja yang ada, yang terpenting adik saya bisa sekolah”,ujar Agung Gunanjar bijak, dengan usia yang masih sangat muda ,dia sudah diajarkan prihatin dan bila mana menginginkan sesuatu harus dengan usaha. Hal itu berkat orang tuanya yang mengajarkan prihatin kepadanya. Mungkin hal itu yang kini telah membentuk mental dan sikapnya sekarang.

Agung Ginanjar, sosok pemuda dari golongan orang tua yang kurang mampu. Seorang pemuda yang mampu bersyukur meski keadaan sekeliling tidak ada yang serba instant. Berkat kesederhanaan dia banyak teman. Teman- temannya ada dari berbagai kalangan profesi, mulai dari seniman, mahasiswa, orang- orang pingiran. Agung tidak membeda-bedakan ketika berteman, maka dari itu tidak bisa dipungkiri teman-temannya ada dimana- mana. Dia tidak iri ataupun dengki terhadap temannya dari kalangan mahasiswa meski dia hanya pemuda putus sekolah karena terkendala biaya sekolah.

Agung putus sekolah ketika kelas 1 SMA swasta di Kota Jogja. Meski utuk sampai ke jenjang SMA dilaluinya sangat berat. Bagaimana tidak, Ketika anak –anak  SD kelas 2 yang biasanya masih diberi uang jajan oleh orang tuanya,namun tidak demikian dengan Agung. Dahulu dia harus bekerja hanya sekedar ingin seperti teman-teman sebanyanya yang diberi uang saku tanpa harus bekerja. Dia pernah menjadi buruh cuci piring hanya untuk mendapatkan uang jajan. Tidak hanya itu ketika kelas 4 SD juga pernah menjadi pemulung untuk memenuhi kebutuhan pendidikannya. Bahkan ketika kelas 2 SMP Agung tidak masuk sekolah selama satu semester karena pergi ke Sumatera hanya untuk meneruskan pendidikan kedepannya sehingga ketika SMP dia tidak naik kelas satu kali. Sampai pada akhirnya ketika biaya pendidikan sudah semakin mahal. Dan kebutuhan yang lain harus tercukupi dahulu.

Dengan berat hati  dia memutuskan untuk berhenti sekolah di tengah jalan. Masih ingat dibenaknya ketika itu dia kelas 1 di salah satu SMK swasta di kota Yogya. Memang pahit ketika sudah berjuang selama ini namun akhirnya pupus sudah. Namun kekecewaannya tak lantas mengakhiri semangat hidupnya. Dia ingat pesan-pesan apa yang diajarkan oleh kedua orang tuanya tentang kesederhanaan dalam mengarungi kehidupan. Kini keinginan dia hanya satu bagaimana bagaimana adiknya bisa sekolah. Maka itu setelah keluar Agung bekerja di berbagai macam profesi. Mulai dari pramuniaga di toko distro di daerah Gejayan, lalu bekerja sebagai tukang foto copy di dekat kampus 2 UAD, sebagai karyawan di angkringan Stroberry hingga sekarang Agung bekerja sebagai pramusaji di rumah makan Sop Bu Joyo. Dengan ini, kini dia dapat membantu menyekolahkan adik perempuannya yang sekarang SMK kelas 1. Meski putus sekolah dia berkeinginan jika kelak adik satu- satunya itu harus sekolah setinggi-tingginya tidak seperti kakaknya. Bagi dia pendidikan sangat penting sekali. Maka dia selalu mewanti-wanti kepada adiknya agar menghargai apa yang dipunyai dan perlakukan dengan bijak apa yang di beri Tuhan.  Dari kesederhanaannya Agung sangat dihormati oleh sahabat- sahabatnya.

Di mata sahabat-sahabatnya Agung adalah anak yang energik, konyol, bersemangat dalam melakukan sesuatu , meski terkadang sisi negatifnya dahulu sering kali terbawa sampai sekarang yaitu minum miras.

Hal itu tak lepas ketika Agung pernah menjadi salah satu anak Punk karena ajakan dari teman- temannya. Agung pernah merasakan benar bagaimana kehidupan anak Punk  yang keras namun sering kali membrontak dengan cara yang salah. Pernah ketika ngePunk ke Solo bersama kawan- kawannya dengan bermodal nekat tanpa bekal apapun pergi ke Solo dengan menumpang kereta barang. Di Solo Agung sering kali ketika malam tidur di emperan toko. Masih ingat betul suatu malam Agung dan kawan-kawan Punknya hampir  dicelakakan orang. Hal ini masih diingatnya betul peristiwa mengenai itu. Hampir ketika tertidur minuman mereka akan dimasukan racun serangga oleh orang asing. Namun berkat rahmat Tuhan, Agung dan kawan  kawannya terbangun mendadak lantas menangkap orang asing yang akan meracuni mereka, orang asing tersebut lantas di lemparkan ke sungai. Agung masih ingat betul hingga detik ini.

Namun, masa-masa ngePunk dulu kini telah ditinggalkannya, kini Agung bekerja sebagai pramusaji di sebuah rumah makan di sekitaran Kotagede. Agung tetaplah Agung selalu menikmati pekerjaan yang digelutinya, selalu bersyukur dengan apa yang ada. Baginya  sekarang adalah bagaimana agar tidak menyusahkan orang lain, dan bagaimana mencari hal baru lagi.


Klik disini untuk melihat cerita menarik lainnya

0 Response to "Cerpen Nasib Tidak Ditentukan Oleh Putus Sekolah"

Post a Comment